ARTIKEL BABY SMOKER: PERILAKU KONSUMSI
ROKOK
PADA ANAK
DAN STRATEGI DAKWAHNYA
karya
Hasyim Hasanah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu
Dakwah
Dosen Pengampu: Hasyim Hasanah
Disusun Oleh:
MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2019
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Artikel ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Dakwah” dosen
pengampu ibu Hasyim Hasanah. Adapan yang akan dibahas mengenai komentar dan Analisis
Artikel berjudul “Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak Dan Starategi Dakwahnya” karya Hasyim Hasanah.
Diharapkankan
dengan pembahasan ini dapat membantu pembaca dalam memahami artikel tersebut dan
menambahkan wawasan serta pengetahuan khususnya dalam mata kuliah Ilmu Dakwah
serta sebagai pertanggungjawaban atas pemenuhan tugas mata Kuliah Ilmu Dakwah
yang telah diberikan.
B. Rumussan Masalah
1.
Apakah Tujuan dan Pembahasan apa saja yang dibahas dalam artikel
tersebut?
2.
Bagaimana sudut pandang penulis terhadap artikel tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan dan Pembahasan Artikel “Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak Dan Starategi Dakwahnya” karya Hasim Hasanah.
a)
Tujuan
Dalam artikel “Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak Dan Starategi Dakwahnya” karya Hasyim Hasanah tepatnya
dalam halam 256 disebutkan :
“Mendasarkan hal tersebut maka perlu kiranya makalah ini didiskusikan
untuk menemukan informasi-informasi penting berkaitan dengan penanganan baby
smoker, dan selanjutnya kontrubusi dari peserta diskusi ini mampu menemukan
formulasi strategi dakwah yanng efektif, efisien dan tepat guna bagi upaya
perlindungan anak di Indonesia.”
Dari penyataan tersebut menjelaskaan bahwa penelitian dibuat dengan dua tujuan, yaitu pertama menemukan informasi
penting berkaitan dengan penanganan baby smoker.
Kedua merumuskan strategi yang paling
efektif, efisien dan tepat bagi upaya pelinddungan anak di Indonesia.
b)
Pembahsan Materi
Adapun beberapaponti-point pembahasan artikel “Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak Dan Starategi Dakwahnya” karya Hasyim meliputi :
1.
Pengertian
Baby Smoker
2.
Faktor
Penyebab Baby Smoker
3.
Dampak
Baby Smoker
4.
Keuntungan
Berhenti Merokok
5.
Upaya Strategis
Menanggulangi Baby Smoker
6.
Strategi
Dakwah
Dan diakhiri dengan Kesimpulan.
Adapun
Analisis masing-masing sub-Bab akan dijelaskan kembali oleh penulis dengan
bahasa yang lebih mudah disertai dengan beberapa sumber bacaan yang diharapkan
dapat sekaligus mengoreksi kebenaran teori-teori yang disampaikan dalam artikel
“Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak Dan Starategi Dakwahnya”
karya Hasim Hasanah. Adapun pembahsannya sebagai berikut :
1.
Pengertian
Baby Smoker
Dalam sub-Bab
ini dijelaskan baby smoker adalah calon dan perokok jangka panjang dan menempatkan
mereka pada kerusakan kualitas generasi dan kematian dini yang sebenarnya dapat
dicegah.[1] Pernyataan
terbuat diambil dari pernyataan kompas perlindungan anak terkait Dampak Keterpajangan Iklan Promosi dan Sponsor Rokok terhadap
Kognisi, Afeksi dan Perilaku Merokok Anak. Nyatanya menurut survei pusat data
informasi dan kesehatan Ri disebutkan bahwa Hampir 80% perokok mulai merokok
pada usia belum mencapai 19 tahun.
Dalam
PP RI No. 109 Tahun 2012 Tetang Pengamanan Bahan yang mengandung Zat adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan tepatnya
pada Pasal 21 Point A disebutkan“Dilarang menjual atau memberi kepada anak
berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil”.[2]
Berdasarkan
RPP ini tentu menjadi ramburambu bagi semua pihak untuk dapat memberikan
perlindungan khususnya anak-anak, jangan sampai mereka dapat mengakses ataupun
menggunakan rokok.
2.
Faktor
Penyebab Baby Smoker
Dalam sub-bab ini
dijelaskan ada dua Faktor yang diduga menjadi pemicu meningkatnya baby smoker
diantaranya sebagai berikut :
a.
Faktor Internal
1)
Rasa
ingin tahu
2)
Aspek kepribadian
3)
Perkembangan emosi anak.
[1] UHAMKA, Komnas
P Anak. Dampak Keterpajangan Iklan Promosi dan Sponsor Rokok terhadap
Kognisi, Afeksi dan Perilaku Merokok Anak. Jakarta, 2007
[2] Presiden
Republik Indonesia. PP RI No. 109 Tahun 2012 Tetang Pengamanan Bahan yang
mengandung Zat adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan tepatnya pada Pasal 21 Point A Lihat dalam
https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173643/PP1092012.pdf, diakses 10 Juni 2019
1)
Kebiasaan anak
Penulis mengutip dari buku Psikologi
Perkembangan karya FJ. Monks bahwa masa
kanak-kanak merupakan masa pengenalan terhadap lingkungan sosial. Dalam masa
ini anak akan sangat memperhatikan apa yang dilakukan oleh sekelilingnya.
Keingin tahuan ini diwujudkan dalam meniru berbagai perilaku orang-orang di
sekitarnya. Anak cenderung memiliki rasa keingin tahuan yang sangat besar.
Terkait dengan perilaku anak, rasa keingin tahuan ini dapat didukung oleh
keinginan menjadi sama dengan perilaku di sekelilingnya[3].
Jadi sudah
sewajarnya kita sebagai saudaranya ataupun peran orang tua sangat diperlukan
khsusnya dalam menghadapi rasa keingin tahuan anak tersebut.
a.
Faktor
Eksternal
1)
Iklan dan promosi rokok telah mengepung dari segala penjuru
2)
Lingkungan keluarga dan masyarakat selama ini kurang mempedulikan baby
smoker
3)
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia
4)
berkembangnya pusat industri tembakau
5)
Iklim/geografis
6)
Murahnya harga rokok di Indonesia
7)
Banyak mainan anak yang dibuat menyerupai rokok
1.
Dampak
Baby Smoker
Dalam
sub-Bab berdasarkan U.S. Department of
Health and Human S ervices, Reducing Tobacco Use: A Report of the Surgeon General-Rxecutive
Summary disebutkan beberapa dampak merokok yang ditimbulkan dari kandungan zat
pada rokok/tembakau diantaranya[4]
:
[3] FJ. Monks,
Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: UGM Press, 2006), hlm. 119.
[4] U.S.
Department of Health and Human S ervices, Reducing Tobacco Use: A Report of the
Surgeon General-Rxecutive Summary. Atlanta, (Georgia: U.S. Department of Health
and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center
for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and
Health, 2000), hlm. 21
a.
Meracuni
saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah
tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya.
b.
Masuknya
zat berbahaya masuk ke dalam tubuh
c.
Menggangu
aliran sel darah merah
d.
Membentuk
endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paruparu.
1.
Keuntungan
Berhenti Merokok
Dalam Integrated
International Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Diseases, Atmarita
dalam “Nutrition Problems In Indonesia” menjelaskan bahwa Pada kasus anak-anak,
berhenti merokok di usia dini akan mempengaruhi tingkat perkembangan dan
pertumbuhan anak. Pada usia 0-5 tahun anak cenderung mengalami perkembangan
kognitif, sensosik dan psikomotorik. Masa ini merupakan salah satu masa
menentukan perkembangan selanjutnya. Tidak merokok di usia ini berarti telah
membantu pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seso-motorik pada anak. Pada
rentang usia 5-10 tahun merupakan masa perkembangan hormonal dan sosial pada
anak. Dengan berhenti merokok pada usia ini, maka pertumbuhan hormonal dan
sosial dapat tercapai secara optimal.[5]
Dalam buku Masalah
Merokok dan Penanggulangannya karya Tjandra Y Aditama dijelaskan perubahan pada
tubuh setelah berhenti merokok seperti tekanan darah dan denyut nadi kembali
normal, kadar oksigen darah kembali ke normal, CO dieliminasi dari tubuh, Paru
mulai mengeluarkan reak dan kotoran, Kemampuan pengecapan dan penciuman lebih
baik, Energi lebih meningkat, hingga keseluruhan fungsi paru meningkat 5-10%.[6]
[5] Atmarita,
“Nutrition Problems In Indonesia”, makalah, “An Integrated International
Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Diseases”, (Yoygyakarta: Gajah Mada
University, 19 – 20 March, 2005).
[6] Tjandra Y
Aditama, Masalah Merokok dan Penanggulangannya, (Jakarta: Yayasan Penerbitan
IDI bekerjasama dengan PDPI dan LM3, 2001).
1.
Upaya
Stategis Menanggulangi Baby Smoker
Dalam The
Determinants of Smoking Behavior among Teenagers in East Java Province,
Indonesia: Health, Nutrition and Population (HNP) Discussion Paper Economics of
Tobacco Control Paper No. 32. HNP, the World Bank, TFI WHO. December 2005 Santi
martini dan Muji Sulistiowati menjelaskan beberapa teknik untuk berhenti
merokok sebagai berikut[7]
:
a.
Pendekatan
perilaku (dengan konseling)
b.
Pendekatan
farmako terapi
c.
Terapi
alternatif lain antara lain akupuntur, accupressure dan hipnoterapi
2.
Strategi
Dakwah Dalam Menangani Kasus Baby Smoker
Adadpun beberapa Strategi
dakwah dalam menangani kasusu baby smoker dapat melalaui beberapa kegiatan
dakwah berupa :
a.
Tabligh
Menurut Enjang AS,
dkk, tabligh merupakan strategi yang dianggap lebih mudah dan dapat dilakukan
oleh siapa pun, memiliki jangkauan yang tidak terbatas, karena dapat
menggunakan pemanfaatan fasilitas media yang berkembang di masyarakat. Tabligh
merupakan bentuk kegiatan dakwah yang mendasarkan pada prinsip kerja transsitif
yaitu menyampaikan atau mengabarkan pemberitaan tentang ajaran Islam kepada
umat manusia, sehingga pemberita terlepas dari beban kewajiban dan pihak
penerima berita menjadi terikat dengannya secara kontinu.[8]
Dalam konteks
penanganan baby smoker, kegiatan tabligh ini berkaitan pengan penyampaian beban
kewajiban (agen dakwah) informasi pengetahuan mengenai rokok dan dampaknya bagi
anak-anak
[7] Martini,
Santi. Muji Sulistiowati. The Determinants of Smoking Behavior among Teenagers
in East Java Province, Indonesia: Health, Nutrition and Population (HNP) Discussion
Paper Economics of Tobacco Control Paper No. 32. HNP, the World Bank, TFI WHO.
December 2005. www.worldbank.org/hnp and www.worldbank. org/tobacco, diakses 23
Pebruari 2013.
[8] Enjang As,
dkk. Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widyapadjajaran, 2009), hlm. 54
a.
Irsyad
Irsyad berarti
bimbingan untuk menginternalisasikan nilai ajaran Islam kedalam setiap aspek
kehidupan. Kegiatan irsyad dalam perkembangannya melibatkan dinamika psikologis
yang mengarah pada perubahan perilaku sasaran dakwah. Bimbingan ini mendasarkan
implementasi metode dakwah pada ketentuan al-Qur’an yaitu hikmah (berarti
menyampaiakn sesuatu yang jelas kebenarannya), maudzah hasanah (organisasi
pesan dakwah) dan mujadallah (etika dialog yang berakhlak).[9]
Kaitannya dengan
strategi dakwah untuk menanggulangi meningkatnya baby smoker, kegiatan irsyad
perlu dilakukan khususnya sebagai upaya pendampingan (istilah dalam penyuluhan
Islam adalah memainkan fungsi kuratif dan development) dan penyadaran anak
untuk menjauhkan diri dari perilaku merokok
b.
Tadbir
Tadbir Islam merupakan bentuk
transformasi ajaran Islam dengan memanfaatkan prinsip dan fungsi manajemen.
Kegiatam tadbir Islam juga merupakan kegiatan pelembagaan dan pengelolaan
kelembagaan Islam. Lembaga ini nantinya bersama-sama dengan masyarakat
memberikan perlindungan pada anak, dengan membuat regulasi terhadap keberadaan
zat aditif, tembakau (RPP tembakau) dan hal ikhwal rokok
c.
Tathwir
Tathwir Islam merupakan
kegiatan dakwah yang berorientasi pada masalah pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat. Artinya kegiatan ini lebih mengarah pada upaya peningkatan amalan
shaleh dengan pengembangan pranata sosial, dan pengembangan kehidupan
masyarakat yang memperhatikan kaidah norma dan aturan sosial masyarakat. Kaitannya dengan keberadaan baby smoker, maka srategi yang dapat
dilakukan adalah memanfaatkan peran masyarakat untuk ikut andil dan memiliki
kepedualian yang tinggi pada masalah konsumsi rokok.
[9] Mundir
Suparta, dkk. (ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 39
B.
Sudut Pandang Penulis
Dalam sudut pandang
penulis Artikel berjudul “Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak Dan Starategi Dakwahnya” karya Hasyim Hasanah dinilai
sangat bagus terutama dalam penanganan Kasus Baby Smoker yang ada di Indoensia.
Pendampingan Orang Tua serta peran aktifnya masyrakat dan instansi-instansi
berkaitan dinilai sangat dibutuhkan terkait solusi dalam penanganan kasus ini.
Pergeseran pola pemikiran bahwa Baby Smoker dalan tatanan masyarakat Indoensia
juga dinilai sangat dibutuhkan dalam penanganan budaya Baby Smoker tersebut.
Daftar Pustaka
UHAMKA,
Komnas P Anak. Dampak Keterpajanan Iklan Promosi dan Sponsor Rokok terhadap
Kognisi, Afeksi dan Perilaku Merokok Anak. Jakarta, 2007.
Presiden
Republik Indonesia. PP RI No. 109 Tahun 2012 Tetang Pengamanan Bahan yang
mengandung Zat adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan tepatnya pada Pasal 21 Point A Lihat dalam https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173643/PP1092012.pdf,
diakses 10 Juni 2019
FJ. Monks,
Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: UGM Press, 2006
U.S.
Department of Health and Human S ervices. Reducing Tobacco Use: A Report of the
Surgeon General-Rxecutive Summary. Atlanta, Georgia: U.S. Department of Health
and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center
for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and
Health, 2000
Atmarita,
“Nutrition Problems in Indonesia”, The article for An Integrated International
Seminar and Workshop on Lifestyle-Related Diseases, Gajah Mada University,
19-20 March, 2005
Tjandra
Y Aditama. Masalah Merokok dan Penanggulangannya. Yayasan Penerbiyan IDI
bekerjasama dengan PDPI dan LM3. Jakarta, 2001
Martini,
Santi. Muji Sulistiowati. The Determinants of Smoking Behavior among Teenagers
in East Java Province, Indonesia: Health, Nutrition and Population (HNP)
Discussion Paper Economics of Tobacco Control Paper No. 32. HNP, the World
Bank, TFI WHO. December 2005. Lihat dalam www.worldbank.org/hnp and www.
worldbank.org/tobacco, diakses 23 Pebruari 2013
Enjang As, dkk.
Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: Widyapadjajaran, 2009
Mundir Suparta,
dkk. (ed.), Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar